Pohon Karet yang menghasilkan getah |
WITA- Tanaman Karet memiliki sejarah yang cukup panjang, sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar sampai dijadikan tanaman perkebunan secara besar besaran, Apalagi setelah ditemukan beberapa cara pengolahan dan pembuatan barang dari bahan baku karet, maka ikut berkembang pula industri yang mengolah getah karet menjadi bahan yang berguna untuk kehidupan manusia.
Tahun 1493 Michele de Cuneo melakukan pelayaran ke Benua Amerika yang dikenal sebagai Benua Baru. dalam perjalanan ditemukan sejenis pohon yang mengandung getah. Pohon pohon itu hidup secara liar di hutan hutan pendalaman Amerika yang lebat. Orang Amerika asli mengambil getah dari tanaman tersebut dengan cara menebangnya. Getah yang diperoleh kemudian dijadikan bola yang dipantul-pantulkan. Bola ini sangat disukai penduduk asli sebagai alat permainan yang sangat populer dimasanya. Ada juga penduduk indian Amerika juga membuat alas kaki dan tempat air dari getah tersebut.
Pengenalan bahan baku karet ini kemudia berlanjut di daerah Seville pada tahun 1524. Raja Charles V memperkenalkan permainan tenis yang menggunakan bola karet sebagai permainan dari Dunia Baru. Beranjak dari sini karet mulai menarik perhatian banyak ahli untuk dipelajarin lebih lanjut. Para Ilmuwan berminat menyelidiki kandungan yang terdapat dalam bahan tersebut agar bisa digunakan untuk membaut alat yang lebih bermanfaat untuk kehidupan manusia sehari hari.
Orang Eropa telah mengirimkan berbagai ekspedisi untuk meneliti tentang tanaman karet lebih dalam lagi. Berbagai perkembangan yang dihasilkan dari ekspedisi ini diawali dengan cara memperoleh getah tanpa harus menebang pohonnya dengan cara melukai kulit batang pohon karet. Melalui cara ini tanaman karet dapat diambil getahnya berkali-kali. Kemudian dengan perkembangan ilmu fisika dan kimia karet masuk ke dalam proses industri. Sehingga menjadikan karet sebagai bahan baku untuk keperluan industri dan sehari-hari rakyat Eropa pada awalnya.
Walaupun pada awalnya tumbuhan karet berasal dari Benua Amerika, namun saat ini negara dari Benua Asia yang berperan sebagai produsen terbesar dunia saat ini. Hal ini dikarenakan The Royal Botanic Gardens di daerah Kew, London, merintis perkembangan karet di Asia. Kebun Raya yang terkenal di London mengirimkan utusan bernama Markham tahun 1860 menuju Amerika Selatan. Markham mengambil biji-biji pohon karet untuk ditanam kembali.
H.A Wickham juga memperoleh pekerjaan yang sama dari Kebun Raya Kew untuk mengambil biji karet dari Brazil. Biji-biji tersebut kemudian disemaikan di Kew Gardens dan sebagian lagi dikembangkan di India dan di Kebun Raya Parademya di Srilangka. Kemudian pengembangan diteruskan ke Kebun Raya Penang Malaysia, dan di Singapura. Indonesia dikembangkan di Kebun Raya Bogor. Setelah dilakukan berbagai uji coba dan menemukan kecocokan, perkebunan-perkebunan karet mulai dibuka di beberapa negara Asia. Produksi karet Asia Tenggara pada tahun 1900 hanya 1.1% dari jumlah produksi karet dunia. Namun pada tahun 1915 jumlah tersebut berkembang menjadi 68.5% dari produksi karet dunia atau sebesar 116.500 ton.
Namun, dari data pada tahun 2011 produksi karet alam Indonesia merupakan terbesar ke dua di dunia yakni mencapai 2.982.000 ton. Di mana kontribusinya terhadap produksi karet dunia mencapai 27,06%. Indonesia memiliki luas area karet mencapai 3.445.000 hektar dengan 85% merupakan perkebunan karet rakyat. Namun produktivitas Indonesia masih lemah yakni hanya 986 kg per hektare per tahun. Sedangkan yang menduduki peringkat pertama adalah karet alam negeri gajah putih yang mencapai mencapai 3.393.800 pada 2011. Produksi karet alam Thailand merupakan produksi paling besar di dunia saat ini Di mana pada 2011 persentase produksi karet Thailand terhadap produksi karet dunia mencapai 30,80%.
Kegunaan dari karet alam kebanyakan untuk bahan baku industri ban yang mencapai 70% dari total karet alam yang beredar di dunia. Selebihnya untuk keperluan lain industri lainnya dan juga kebutuhan sehari-hari yang masih belum dapat digantikan dengan karet sintetis.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus