Berdasarkan hasil penelusuran banyak sekali artikel yang menjelaskan
tentang metode “fertigasi”, untuk lebih jelasnya bisa mencari videonya
di youtube dengan kata kunci tersebut. Melihat beberapa video membuat
saya sangat terinspirasi dengan metode tersebut dan ingin mencobanya.
7 September 2013
Cara Membuat Hasil Panen Kelapa Sawit Melimpah
Perkebunan kelapa sawit menghasilkan keuntungan yang besar dan relatif tahan terhadap krisis sehingga banyak hutan dan perkebunan tanaman lain dikonversi menjadi perkebunan kelapa
sawit. Bukan hanya perusahaan perkebunan besar, banyak
petani kecil yang mengusahakan bisnis menggiurkan ini. Mereka dapat memperoleh keuntungan yang cukup besar dari panen kelapa sawit.
Jika dilihat dari biaya investasi yang dikeluarkan sekitar 35—40 juta rupiah per hektare, pendapatan bersih yang dihasilkan rata-rata per hektare adalah 1.5 juta rupiah per bulan selama 25
tahun. Artinya, pada tahun ke tujuh setelah tanam, hasilnya sudah mencapai break even point (BEP). Setelah itu, hasil panen pada tahun selanjutnya merupakan keuntungan bersih yang dapat dinikmati hingga 21 tahun yang akan datang. Tentu nilai keuntungannya akan lebih besar lagi jika memiliki lahan yang lebih luas.
Prospek kelapa sawit memang selalu terbuka lebar. Pasalnya, kebutuhan kelapa sawit sangat tinggi untuk berbagai keperluan sebagai penghasil minyak masak, minyak industri, dan bahan bakar. Selain itu, kelapa sawit juga menjadi bahan baku berbagai produk, seperti sabun, lilin, kosmetik, dan industri pembuatan lembaran-lembaran timah.
Peluang ini banyak dimanfaatkan oleh negara-negara yang memiliki curah hujan yang cukup. Misalnya, Malaysia yang sudah lama mengembangkan teknologi pertanian kelapa sawit, bahkan menjadi sebuah penghasil devisa yang sangat besar. Indonesia juga merupakan daerah yang sangat cocok untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit. Selain memiliki lahan yang sangat luas, juga memiliki kesuburan yang ideal untuk perkembangan kelapa sawit.
Selanjutnya, bagaimana aplikasi penanaman kelapa sawit yang baik dan benar agar bisa menghasilkan panen melimpah? Apa saja yang diperlukan dalam membangun perkebunan kelapa sawit? Rustam Effendi Lubis dan Agus Widanarko, SP telah menyusun Buku Pintar Kelapa Sawit untuk menjelaskan semua aspek tentang bertanam kelapa sawit secara intensif hingga menghasilkan pertumbuhan dan panen yang optimal.
Di dalam buku terbitan AgroMedia Pustaka ini, Anda bisa belajar secara lengkap tentang pengetahuan kelapa sawit yang diperoleh penulis selama 35 tahun selama berhubungan dengan industri kelapa sawit. Pembahasannya dimulai dari sejarah penyebaran kelapa sawit, mengenal botani, morfologi, dan syarat tumbuh kelapa sawit, bertanam kelapa sawit di areal pasang surut, cara memperoleh perizinan dan legalitas perkebunan, kesesuaian lahan, kesuburan tanah, pembukaan lahan, kapital tanaman, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan perawatan, pengendalian hama, gulma, dan penyakit, pemanenan, hingga pengolahan pascapanen.
Selain itu, penulis juga melengkapinya dengan analisis usaha pembangunan kebun kelapa sawit sehingga Anda bisa mendapatkan angka prediksi dalam biaya investasi, operasional, dan rasio keuntungan yang diperoleh. Dengan demikian, Anda memiliki kalkulasi yang tepat dalam menjalankan bisnis kelapa sawit ini.
Harga Karet Kian Terpuruk
BATURAJA
- Petani karet di OKU semakin resah. Harga jual karet dari hari ke hari
terus mengalami penurunan. Kalau sebelumnya harga karet bisa mencapai
Rp13 ribu, kini menurun hingga Rp11.300 per kg. “Harga itu untuk karet
setengah bulanan. Untuk karet mingguan hanya Rp8.300 per kg. Sedangkan,
untuk bulanan dari Rp15 ribu sekarang menjadi Rp13 ribu,” kata
Zainuddin, petani karet, warga Tri Harjo, Batumarta I, Kecamatan Lubuk
Raja, OKU.Terus menurunnya harga karet ini, lanjutnya, membuat petani
kelimpungan. “Penghasilan berkurang, sedangkan kebutuhan sehari-hari
terus mengalami peningkatan. Mau tidak mau ya harus bisa sedikit
ngirit,” katanya.Zainuddin menambahkan, menurunnya harga karet membuat
dirinya harus menunda pembangunan rumahnya yang sudah berjalan 50
persen. “Akan dilanjutkan setelah kondisi normal, apalagi harga bahan
bangunan semakin mahal,” katanya.Senada dikatakan petani lainnya,
Sutris. “Harga karet sering naik turun sehingga penghasilannya tak
menentu. Terlebih saat ini kondisi karet belum normal setelah kemarau,”
ujarnya.Dikatakan, kalau sekarang belum tahu berapa harganya.
“Sebelumnya terus mengalami penurunan. Apalagi sekarang sering hujan,
susah mau menyadap karet karena takut rusak batangnya. Ditambah lagi,
getahnya juga belum normal seratus persen lantaran sebagian masih
daunnya muda,” jelasnya. (gsm/aba/ce5)
Sumatera Ekspres
Langganan:
Postingan (Atom)